Bali, 1 Juni 2024, Working Group ICCAs Indonesia (WGII) libatkan 30 pemuda-pemudi dari seluruh region di Indonesia dalam kegiatan Training of trainer Registrasi dan Pendokumentasian AKKM yang berlangsung 3 hari (30 Mei – 1 Juni 2024) bertempat di Hotel Kirana dan Desa Les Penuktukan, Buleleng, Bali.
Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka memperkuat dan memperluas gerakan konservasi rakyat di Indonesia melalui peningkatan kapasitas pemuda. Para peserta merupakan perwakilan anak muda dari Jaringan Pemangku Hak AKKM (JPH-AKKM) dan organisasi anggota WGII yang terlibat dalam kerja pemetaan partisipatif dan/atau pendampingan masyarakat. Sedikitnya, mereka telah memiliki pemahaman umum mengenai isu-isu tenurial, agraria, dan masyarakat adat dan komunitas lokal. Mereka diberikan peningkatan kapasitas agar mereka memiliki keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan untuk menerapkan pendokumentasian Areal Konservasi Kelola Masyarakat dan menyampaikan kembali materi pelatihan kepada orang lain, baik di area tempat mereka bekerja atau di kampung tempat tinggal mereka, dengan efektif.
Kasmita Widodo, Koordinator WGII, menyampaikan kenapa pelatihan ini secara khusus menyasar pemuda, ia berkata “Para anak muda baik masyarakat adat dan anggota WGII ini diharapkan bisa melanjutkan dokumentasi AKKM. Dan ini bisa diselenggarakan terus menerus. 2-3 tahun yang lalu, para anggota (WGII) memikirkan bagaimana ruang hidup dan praktek konservasi ini bisa terus berlanjut dan disuarakan oleh komunitas secara langsung, inilah yang menjadi cikal bakal terbentuknya Jaringan Pemangku Hak AKKM. Inilah alasan teman-teman hadir di acara ini.”
Dalam merancang pelatihan ini, WGII menggabungkan berbagai metode yaitu materi kelas, permainan interaktif, diskusi kelompok, dan simulasi langsung ke komunitas. Materi kelas adalah sesi teori yang disampaikan oleh para narasumber yang kompeten untuk memberikan pemahaman konseptual. Setiap materi kelas akan didahului dengan sesi permainan interaktif sebagai alat "bridging" dan "conditioning" untuk membantu peserta memahami konteks materi yang akan disampaikan. Indra Hatasura, Rimbawan Muda Indonesia, selaku fasilitator pelatihan, menggunakan permainan interaktif ini untuk membangun keterlibatan peserta, memperkuat koneksi antara konsep-konsep yang diajarkan dengan situasi nyata, dan mempersiapkan peserta secara mental untuk memahami dan menerima materi pelatihan yang akan disampaikan.
Pada hari terakhir pelatihan, peserta melakukan kunjungan ke komunitas Les Penuktukan, Buleleng, Bali untuk melakukan praktik/simulasi lapangan terkait pendokumentasian AKKM melalui diskusi/FGD dengan masyarakat, identifikasi keanekaragaman hayati dan pengambilan titik koordinat. Sesi ini dihadirkan untuk memberikan pengalaman langsung kepada peserta dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari. Kombinasi metode-metode dalam pelatihan dimaksudkan agar peserta pelatihan memperoleh pemahaman yang kuat dan kemudian mampu menerapkannya dalam situasi nyata.
Seli, sebagai salah satu peserta dari Jayapura memberikan apresiasi terhadap kegiatan pelatihan ini, “Sangat berkesan sekali karena bisa mendapatkan teman-teman baru dan mengetahui bahwa kita semua sedang dalam perjuangan hari ini.“
Adelia Saber, perwakilan Lembaga Perdu menambahkan, “Semoga nantinya ada kegiatan lagi (keberlanjutan) yang dapat mempertemukan kami dari seluruh Indonesia”